By: Lutfi Sarif Hidayat | Direktur Civilization Analysis Forum (CAF)
Peradaban
Islam telah memberikan tinta emas dalam perjalanan kehidupan manusia
dalam berbagai aspek. Kemajuan ilmu pengetahuan hingga kesejahteraan
masyarakat turut menjadi catatan gemilang ketika peradaban Islam tegak
di muka bumi ini. Peradaban Islam tersebut adalah masa dimana Islam
menjadi pedoman dalam segala lini kehidupan rakyat dengan kesempurnaan
aturan yang ada di dalamnya dan tegak dalam satu institusi politik
Khilafah Islamiyyah.
Kegemilangan
ini bukan muncul karena kebetulan atau isapan jempol belaka apalagi
hanya retorika semata. Namun itu salah satu hikmah dan rahmat yang Allah
jaminkan ketika setiap aturan diterapkan secara utuh tanpa
memilah-milih. Sebagaimana ada kaidah yang mengatakan bahwa setiap ada
syariah, maka pasti akan ada maslahat. Itulah kemudian yang menjadikan
Khilafah Islamiyyah secara imani dan alami akan memberikan keterjaminan
berkah dan maslahat bagi kehidupan manusia, dan termasuk di dalamnya
kesejahteraan.
Rekaman
jejak emas masa peradaban Islam hingga sekarang masih ada dan bahkan
bisa ditemukan dalam banyak catatan-catatan sejarah yang ditulis oleh
orang non-muslim. Sebagai contoh adalah apa yang dikatakan Will Durant
seorang sejarawan barat. Dalam buku yang dia tulis bersama Istrinya
Ariel Durant, Story of Civilization, dia mengatakan, “Para Khalifah
telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa
besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga
telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan
memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat
luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah
zaman mereka”
Mary
McAleese, Presiden ke-8 Irlandia yang menjabat dari tahun 1997 sampai
2011. Dia juga seorang anggota Delegasi Gereja Katolik Episkopal untuk
Forum Irlandia Baru pada 1984 dan anggota delegasi Gereja Katolik ke
North Commission on Contentious Parades pada 1996. Dalam pernyataan
persnya terkait musibah kelaparan di Irlandia pada tahun 1847 (The Great
Famine), yang membuat 1 juta penduduknya meninggal dunia. Terkait
bantuan itu, Mary McAleese berkata:
“Sultan
Ottoman (Khilafah Utsmani) mengirimkan tiga buah kapal, yang penuh
dengan bahan makanan, melalui pelabuhan-pelabuhan Irlandia di Drogheda.
Bangsa Irlandia tidak pernah melupakan inisiatif kemurahan hati ini.
Selain itu, kita melihat simbol-simbol Turki pada seragam tim sepak bola
kita.”
Peradaban Islam dan Barat
Dr.
Musthafa As Siba’i dal am kitab Min Rawa’i Hadhratina memuat perkataan
sejumlah tokoh dalam mengomentari tentang peradaban Islam maupun barat.
Jacques C. Reister mengatakan, “Selama lima ratus Islam menguasai dunia
dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan peradaban yang tinggi.”
Maksud
dari ungkapan tersebut adalah masa yang dikenal dengan abad
pertengahan. Dimana menurut banyak sejarawan masa tersebut adalah satu
puncak masa keemasan dari peradaban Islam. Meski sebenarnya sepanjang
peradaban Islam lebih dari 14 abad berdiri kebaikan selalu didapatkan
oleh masyarakat.
Masih
dalam kitab yang sama, Montgomery Watt mengungkapkan, “Cukup beralasan
jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses
regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan Islam yang menjadi
‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa.” Hal yang sama pernah dikatakan
oleh Barack Obama. Dia mengatakan. “Peradaban berhutang besar pada
Islam.” Maksudnya adalah peradaban Barat memiliki utang besar kepada
peradaban Islam.
Ungkapan-ungkapan
di atas memberikan satu gambaran bahwa ada masa dimana perbedaan antara
peradaban Islam dengan barat begitu terasa. Hal ini sebagaimana
disampaikan Lavis dan Rambou dalam karya sejarahnya. Dikatakan bahwa di
Eropa pada abad ke-7 M hingga sesudah abad ke-10 M seperti di Inggris
Anglo-Saxon merupakan negeri yang tandus, terisolir, kumuh dan liar.
Rumah-rumah
dibangun dengan batu kasar tidak dipahat dan diperkuat dengan tanah
halus. Rumah-rumahnya dibangun di dataran rendah, berpintu sempit, tidak
terkunci kokoh dan dinding serta temboknya tidak berjendela.
Wabah-wabah penyakit berulang-ulang menimpa binatang-binatang ternak
yang menjadi sumber penghidupan satu-satunya.
Pada
masa itu Eropa penuh dengan hutan-hutan belantara dengan sistem
pertanian terbelakang. Dari rawa-rawa yang banyak terdapat di pinggiran
kota, tersebar bau-bau busuk yang mematikan. Rumah-rumah di Paris dan
London dibangun dari kayu dan tanah yang dicampur dengan jerami dan
bambu, dan tidak berventilasi. Mereka tidak mengenal kebersihan. Kotoran
hewan dan sampah dapur dibuang di depan rumah sehingga menyebarkan
bau-bau busuk yang meresahkan. Kota terbesar di Eropa pada waktu itu
berpenghuni tidak lebih dari 25.000 orang.
Kondisi
demikian sangat berbeda dengan peradaban Islam, khususnya pada masa
tersebut. Bukti sejarah yang sangat nyata adalah ketika melihat
kota-kota besar Islam seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, Granada dan
Sevilla. Dari situ akan diketahui bagaimana keadaan kota-kota ini yang
merupakan pusat-pusat peradaban Islam pada masanya masing-masing.
Dan
aspek lain yang menjadi keagungan peradaban Islam adalah bagaimana
perhatiannya terhadap seluruh masyarakat, baik muslim ataupun non
muslim. Seorang orientalis dan sejarawan Kristen bernama T.W. Arnold
dalam bukunya, The Preaching of Islam : A History of Propagation Of The
Muslim Faith, dia banyak membeberkan fakta-fakta kehidupan dalam negara
Khilafah.
“Perlakuan
terhadap warga Kristen oleh Pemerintahan Khilafah Turki Utsmani–selama
kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani–telah memberikan contoh
toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa).”
Tidak
jauh berbeda, Karen Amstrong mengatakan bahwa kaum Yahudi menikmati
zaman keemasan di Andalusia. Dia mengatakan “Under Islam, the Jews had
Enjoyed a golden age in al-Andalus.”
Bukti Kesejahteraan Rakyat era Khilafah
Era
Khilafah adalah masa dimana dunia Islam mendapatkan tempat istimewa
dari lawan maupun kawan karena keagungan yang dimilikinya. Pernah suatu
ketika Raja Spanyol Kristen, Ardoun Alfonso pada tahun 351 H berkunjung
kepada Khalifah Al-Mustansir. Melihat bagaimana keadaan peradaban Islam
pada waktu, tatkala menghadap khalifah, Alfonso merebahkan diri bersujud
sesaat kemudian berdiri tegak, lalu maju beberapa langkah dan kembali
bersujud. Itu dilakukan berulang-ulang sampai dia berdiri tegak di
hadapan khalifah, kemudian membungkukkan lagi untuk mencium tangan
khalifah.
Hal
ini mengisyaratkan tentang bagaimana kewibawaan peradaban Islam dimata
lawan maupun kawan dengan segala keutamaan yang ada padanya. Selain itu,
dalam hal kesejahteraan akan banyak ditemukan bukti-bukti nyata dalam
masa khilafah.
a. Infrastruktur
Dalam
hal infrastruktur bisa terlihat dalam bagaimana tata ruang kota-kota
besar pada era khilafah. Utamanya terdapat di dalam kota-kota besar
Islam pada waktu itu yang pada waktu menjadi satu bentuk keagungan
tersendiri dibandingkan peradaban lainnya, khsusunya barat.
Pada
masa Bani Umayyah, Cordoba menjadi ibukota Andalus yang muslim. Kota
ini dikelilingi dengan taman-taman hijau. Pada malam harinya diterangi
dengan lampu-lampu sehingga pejalan kaki memperoleh cahaya sepanjang
sepuluh mil tanpa terputus. Lorong-lorongnya dialasi dengan batu ubin,
dan sampah-sampah disingkirkan dari jalan-jalan. Penduduknya lebih dari
satu juta jiwa.
Tempat-tempat
mandi berjumlah 900 buah dan rumah-rumah penduduknya berjumlah 283.00
buah. Gedung-gedung sebanyak 80.000 buah, masjid ada 600 buah dan luas
kota Cordoba adalah 30.000 hasta. Tiinggi menaranya 40 hasta dengan
kubah menjulang berdiri di atas batang-batang kayu terukir yang ditopang
oleh 1093 tiang yang terbuat dari berbagai marner.
Pada
malam hari ada sebuah masjid dengan 4.700 buah lampu yang meneranginya
dan setiap tahunnya menghabiskan 24.000 ritl minyal. Di sisi selatan
masjid tampak 19 pintu berlapiskan perunggu yang sangat menakjubkan
kreasinya, sedang di pintu tengahnya berlapiskan lempengan-lempengan
emas.
Di
Granada terdapat bangunan di dalam Istana Al-Hamra yang merupakan
lambang keajaiban dari masa ke masa. Istana ini didirikan di atas bukit
yang menghadap ke kota Granada dan hamparan ladang yang luas dan subur
mengelilingi kota itu sehingga tampak sebagai tempat terindah di dunia.
Jika
beralih ke Baghdad akan dijumpai bahwa biaya yang dibelanjakan untuk
membangun kota ini mencapai 4.800.000 dirham, sedang jumlah pekerja
mencapai 100.000 orang. Kota ini mempunyai tidak lapis tembok besar dan
kecil mencapai 6.000 buah di bagian timur dan 4.000 buah di bagian
barat. Selain sungai Dijlah dan Furat, di situ juga terdapat 11 sungai
cabang yang airnya mengalir ke seluruh rumah-rumah dan istana-istana
Baghdad. Di sungai Dijlah sendiri terdapat 30.000 jembatan. Tempat
mandinya mencapai 60.000 buah. Masjid-masjid mencapai 300.000 buah.
Bukti majunya peradaban Islam dalam hal bangunan tentu tidak terbatas
dalam tempat tersebut.
b. Pendidikan dan Kesehatan
Dalam
bidang pendidikan, khilafah Islam sangat memperhatikan agar rakyatnya
cerdas. Anak-anak dari semua kelas sosial mengunjungi pendidikan dasar
yang terjangkau semua orang. Negaralah membayar para gurunya. Selain 80
sekolah umum Cordoba yang didirikan Khalifah Al-Hakam II pada 965 M,
masih ada 27 sekolah khusus anak-anak miskin. Di Kairo, Al-Mansur
Qalawun mendirikan sekolah anak yatim. Dia juga menganggarkan setiap
hari ransum makanan yang cukup serta satu stel baju untuk musim dingin
dan satu stel baju untuk musim panas.
Bahkan
untuk orang-orang badui yang berpindah-pindah, dikirim guru yang juga
siap berpindah-pindah mengikuti tempat tinggal muridnya.
Seribu
tahun yang lalu, universitas paling hebat di dunia ada di Gundishapur,
Baghdad, Kufah, Isfahan, Cordoba, Alexandria, Cairo, Damaskus dan
beberapa kota besar Islam lainnya. Perguruan tinggi di luar khilafah
Islam hanya ada di Konstantinopel yang saat itu masih menjadi ibukota
Romawi Byzantium, di Kaifeng ibukota China atau di Nalanda, India. Di
Eropa Barat dan Amerika belum ada perguruan tinggi.
Selain
itu dikenal juga dengan istilah kuttab yang menjadi tempat belajar dan
dibangun di samping masjid. Menurut Ibnu Haukal, di satu kota saja dari
kota-kota Sicilia ada 300 kuttab, bahkan ada beberapa kuttab yang luas
dan mampu menampung hingga ratusan bahkan ribuan siswa,
Dalam
bidang kesehatan, pada kurun abad 9-10 M, Qusta ibn Luqa, ar-Razi, Ibn
al-Jazzar dan al-Masihi membangun sistem pengelolaan sampah perkotaan,
yang sebelumnya hanya diserahkan pada kesadaran masing-masing orang,
yang di perkotaan padat penduduk akan menciptakan kota yang kumuh.
Kebersihan kota menjadi salah satu modal sehat selain kesadaran sehat
karena pendidikan.
Tenaga
kesehatan secara teratur diuji kompetensinya. Dokter Kekhalifahan
menguji setiap tabib agar mereka hanya mengobati sesuai dengan
pendidikan atau keahliannya. Mereka harus diperankan sebagai konsultan
kesehatan dan bukan orang yang sok mampu mengatasi segala penyakit. Ini
adalah sisi hulu untuk mencegah penyakit sehingga beban sisi hilir dalam
pengobatan jauh lebih ringan.
Negara
membangun rumah sakit di hampir semua kota di seantero Khilafah Islam.
Bahkan pada tahun 800 M di Bagdad sudah dibangun rumah sakit jiwa yang
pertama di dunia. Sebelumnya pasien jiwa hanya diisolasi dan paling jauh
dicoba diterapi dengan ruqyah. Rumah-rumah sakit ini bahkan menjadi
favorit para pelancong asing yang ingin mencicipi sedikit kemewahan
tanpa biaya, karena seluruh rumah sakit di dalam Khilafah Islam ini
bebas biaya.
c. Pertanian dan Industri
Dalam
bidang pertanian, dikenal dengan ‘revolusi pertanian Muslim’ yang
menyinergikan semua teknologi baik cuaca, peralatan untuk mempersiapkan
lahan, teknologi irigasi, pemupukan, pengendalian hama, teknologi
pengolahan pasca panen hingga manajemen perusahaan pertanian.
Dengan
adanya revolusi ini menaikkan panen hingga 100% pada tanah yang sama.
Kaum Muslim mengembangkan pendekatan ilmiah yang berbasis tiga unsur:
sistem rotasi tanaman; irigasi yang canggih; serta kajian jenis-jenis
tanaman yang cocok dengan tipe tanah, musim dan jumlah air yang
tersedia. Inilah cikal-bakal “precission agriculture“. Revolusi ini
ditunjang juga dengan berbagai hukum pertanahan Islam sehingga orang
yang memproduktifkan tanah mendapat insentif. Tanah tidak lagi
dimonopoli kaum feodal yang menyebabkan banyak penindasan sebagaimana
pernah terjadi di Eropa.
Dalam
bidang industri, khilafah ternyata memiliki spektrum yang sangat luas.
Donald R. Hill dalam bukunya, Islamic Technology: an Illustrated History
(Unesco & The Press Syndicate of the University of Cambridge,
1986), membuat sebuah daftar yang lumayan panjang dari industri yang
pernah ada dalam sejarah Islam; mulai dari industri mesin, bahan
bangunan, persenjataan, perkapalan, kimia, tekstil, kertas, kulit,
pangan hingga pertambangan dan metalurgi.
Alih
teknologi dalam Islam berlangsung sejak Abad Pertama hingga Abad
Kesepuluh Hijrah. Selama periode tertentu, sebagian besar alih teknologi
itu berlangsung dari Islam ke Eropa dan bukan sebaliknya.
Dalam
sebuah kota yaitu Sevilla terdapat 6.000 alat tenun untuk sutera.
Setiap penjuru kota dikelilingi pohon-pohon zaitun sehingga di situ
terdapat 100.000 tempat pemerasan minyak zaitun. Secara umum, kota-kota
peninggalan Islam yang sekarang masuk Spanyol di dalamnya terdapat
pabrik-pabrik baju besi, topi baja dan alat perlengkapan baja lainnya.
Bukti-bukti
tentang kesejahteraan era Khilafah tidak sebatas pada apa yang
disebutkan di atas. Masih sangat banyak bentuk kegemilangan yang menjadi
catatan emas sejarah Islam dari mulai masa Khulafaur Rasyidin, hingga
masa khalifah-khalifah setelahnya. Seperti masa khalifah Umar bin Abdul
Aziz, Harun Ar Rasyid dan setiap khalifah pada masa khilafah Islamiyyah
masih tegak. Catatan-catatan tersebut bisa dirujuk dalam banyak karya
seperti dalam kitab Min Rawa’i Hadhratina, dalam buku 1001 Inventions
Muslim Heritage in Our World dan karya-karya lainnya.
Kebijakan Khilafah dalam Menjamin Kejehateraan
Salah
satu bentuk keagungan khilafah yang tidak dimiliki peradaban lainnya
adalah kesempurnaan dan jaminan kehidupan terbaik bagi rakyatnya.
Sejarah telah membuktikan secara jelas akan hal ini yang bertahan hingga
seribu empat ratus tahun lebih yang pada akhirnya diruntuhkan pada 03
Maret 1924 M.
Jaminan
kesejahteraan era khilafah dapat terwujud bukan karena kebetulan, namun
karena khilafah memiliki seperangkat aturan atau kebijakan . Aturan
maupun kebijakan ini bersumber dari Islam. Karena sejatinya khilafah
adalah representasi dari penerapan Islam secara menyeluruh dan utuh.
Aturan-aturan ini mencakup ranah individu, keluarga, masyarakat dan
negara. Sehingga secara sederhana semua keagungan khilafah terwujud
karena Islam diterapkan secara penuh.
Beberapa
bentuk aturan atau kebijakan dalam khilafah sehingga ada keterjaminan
kesejahteraan bagi rakyat antara lain: Pertama. Khilafah adalah sebuah
negara yang Islam diterapkan menetapkan bahwa setiap muslim laki-laki,
khususnya kepala rumah tangga memiliki tanggung jawab untuk bekerja guna
memberikan nafkah baginya dan bagi keluarga yang menjadi tanggung
jawabnya.
Kedua.
Islam mengatur ketika masih ada kekurangan atau kemiskinan yang menimpa
seseorang, maka tanggung jawab itu menjadi tanggung jawab sosial.
Maksudnya keluarga dan tetangga turut dalam membantu mereka yang masih
dalam kekurangan dengan berbagai macam aturan Islam seperti zakat,
sedekah dan lainnya.
Ketiga.
Khilafah melalui pemimpin tertingginya yaitu seorang khalifah adalah
pihak yang mendapatkan mandat untuk mengayomi dan menjamin kesejehteraan
rakyat. Dia yang akan menerapkan syariah Islam, utamanya dalam urusan
pengaturan masyarakat seperti sistem ekonomi dan lainnya.
Dalam
sistem ekonomi, khilafah memiliki kebijakan dalam mengatur kepemilikan
kekayaan negara sesuai Islam. Ada kepemilikan individu, umum dan negara
yang semua diatur sedemikian rupa untuk kemakmuran rakyat. Pengaturan
tersebut kemudian akan masuk dalam Baitul Mal yang menjadi pusat
kekayaan khilafah. Arahnya adalah untuk menjamin kehidupan per-individu
rakyat agar benar-benar mendapatkan sandang, pangan dan papan. Serta
untuk mewujudkan jaminan bagi rakyat dalam bidang pendidikan, kesehatan,
keamanan, pertanian, industri, infrastruktur dan lainnya.
Secara
rinci akan dijumpai dan merujuk dalam aturan Islam mengenai pengaturan
ekonomi dalam negara yang disebut dengan sistem ekonomi Islam. Dan dalam
era khilafah dulu ataupun yang akan tegak nantinya, sistem ekonomi
Islam menjadi salah satu paket dari sistem lainnya seperti
politik-pemerintahan, hukum dan sebagainya yang akan diterapkan secara
utuh dan menyeluruh.
0 Comments:
Posting Komentar
Silahkan komentar dengan baik dan bijaksana
Dilarang membuat spam di blog ini
Mohon maaf bila ada komentar yang belum dijawab/dibalas